- Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan orang terhadap
pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan
segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Departemen personalia atau
manajemen harus senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu
mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja,
keluhan-keluhan dan masalah – masalah personalia vital lainnya.
Fungsi personalia mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung pada kepusan kerja karyawan. Seperti ditunjukan
dalam gambar 1 di bawah, fungsi personalia bisa membuat kontak langsung dengan
para penyediaan karyawan dengan berbagai cara untuk mempengaruhi mereka. Di
samping itu, berbagai kebijaksanaan dan kegiatan personalia mempunyai dampak
pada iklim organisasi. Iklim organisasional ini memberikan suatu lingkungan
kerja yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi orang – orang dalam
organisasi, di mana hal selanjutnya itu akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Gambar
1
Pengaruh
Fungsi Personalia Pada Kepuasan Kerja
- Fungsi kepuasan kerja
- Para
karyawan yang mendapat kepuasan kerja akan melaksanakan pekerjaan dengan
baik
- Akan
mencapai kematangan psikologis dan menjadi termotivasi
- Mempunyai
catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik
- Berprestasi
kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja
- Menciptakan
keadaan positif dalam lingkungan
karyawan
- Faktor-faktor penentu kepuasan
kerja
Bilamana sebuah pekerjaan memuaskan?
Pada suatu masa para ahli ilmu sosial menganggap jawabannya jelas: sebuah
pekerjaan memuaskan jika ada keselarasan antara sifat-sifat pekerjaan dan
kebutuhan-kebutuhan orang tersebut. Penelitian yang belakangan menunjukan bahwa
faktor-faktor yang menentukan kepuasan lebih rumit dari itu. Yang pasti orang
dan pekerjaan mereka adalah unsur pokok yang terlihat, akan tetapi jelas bahwa
ada banyak variabel antara orang dan pekerjaan mereka yang membantu menentukan
apakah hubungan memuaskan atau tidak. Apakah saya puas pada pekerjaan saya
tergantung pada:
●
Pengharapan
Jika saya mengharapkan pekerjaan saya
menantang (atau baik bayarannya), dan ternyata tidak, saya tidak puas. Tetapi
bila saya mengharapkannya membosankan (atau rendah bayarannya), dan ternyata
benar demikian, rasa kecewa saya mungkin hanya sedikit.
Penilaian diri
Jika saya menganggap diri saya sebagai
orang yang secara umum puas (atau orang yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik), saya tidak akan bersedia mengakui bahwa pekerjaan dapat mengesalkan
saya. Jika saya mempunyai watak yang secara umum periang, ini akan tercermin
dalam sikap saya terhadap pekerjaan.
●
Norma-norma
sosial
Kalau orang-orang lain, terutama orang
yang saya hormati, menganggap pekerjaan saya baik atau saya seharusnya merasa
puas atas pekerjaan tersebut atau jika orang mengatakan pada saya bahwa apa
yang saya kerjakan adalah penting, lebih besar kemungkinannya saya akan puas.
●
Perbandingan-perbandingan
sosial
Jika semua kawan saya mempunyai pekerjaan
yang lebih menarik dari pekerjaan saya, saya akan merasa lebih tidak puas dari
pada jika kami semua senasib.
●
Hubungan
input/output
Kepuasan terhadap pekerjaan saya
tergantung pada bagaimana penilaian saya mengenai hubungan antara apa yang saya
bawa atau masukkan ke dalam pekerjaan (input) dan apa yang saya peroleh
(output). Jika saya bekerja keras (input) dan tidak berhasil menyelesaikan apa
yang ingin saya capai (output) saya akan merasa kurang puas daripada jika saya
mengeluarkan usaha yang setengah-setengah. Demikian pula, jika saya telah
belajar bertahun-tahun lamanya agar memenuhi syarat untuk sebuah pekerjaan yang
kemudian ternyata memberi bayaran sangat kecil, saya akan merasa kurang puas
daripada seandainya saya hanya mempunyai pendidikan sedikit saja.
●
Keikatan
Jika setelah memikirkan masak-masak
saya memilih satu pekerjaan dari sejumlah kesempatan memilih, saya terikat
suatu keikatan bebas dengannya. Saya akan merasa segan untuk mengakui bahwa
pekerjaan saya tidak menguntungkan, karena dengan berbuat demikian berarti saya
mengakui bahwa kemampuan saya dalam memilih kurang baik. Perasaan keterikatan
saya (dan kepuasan yang dihasilkan) bisa menjadi amat kuat kalau keputusan saya
diketahui oleh kawan-kawan.
●
Dasar
pemikiran
Jika rekan-rekan saya banyak
membicarakan tentang gaji, kemungkinan besar saya akan menganggap gaji penting.
Jika manajemen mengumumkan program peningkatan kerjanya, saya mungkin akan
menganggap itu penting dan bingung jika program tidak sesuai dengan janjinya.
Semua faktor di atas menunjukan bahwa
kepuasan kerja adalah sebuah konsep yang sukar dipahami. Konsep itu berhubungan
dengan keadaan dimana pertanyaan diajukan, yang mengingatkan kita pada
kebiasaan yang sudah klise. “ Bagaimana istri (suami) anda? ” atau
“Dibandingkan dengan apa?” Tapi ia pun berhubungan dengan arti pekerjaan, dan
bahkan dengan arti hidup itu sendiri.
- Sejauh mana pentingnya pekerjaan
yang memuaskan?
Dalam tahun-tahun terakhir ini telah
terjadi perdebatan sengit mengenai apakah masyarakat Amerika sedang
“berrevolusi terhadap pekerjaan”. Perdebatan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
penting mengenai pentingnya kepuasan kerja terutama menyangkut pekerjaan yang
penuh tantangan bagi para pekerja Amerika. Berhubungan dengan pernyataan ini
ada pertanyaan-pertanyaan lain, yang barangkali bahkan lebih sulit: (1) apa
hubungan pekerja dan waktu santai? Dan (2) bagaimana perbedaan orang dalam
orientasi dan penyesuaian mereka pada pekerjaan?
●
Kebutuhan
akan tantangan
Pertanyaan mengenai peranan yang
dimainkan pekerjaan terutama pekerjaan yang penuh tantangan dalam kehidupan
manusia bukan hanya menjadi perhatian manajemen saja, ia merupakan masalah
psikologi, moral dan bahkan teologis yang banyak dipertentangkan para ahli. Tak
ada jawaban yang jelas, tapi akan kami uraikan beberapa bentuk perdebatan, dan
yang lain akan dibicarakan kemudian.
Alasannya: pekerjaan yang penuh
tantangan adalah sangat penting.
Sebuah kelompok mengatakan bahwa
manusia dewasa membutuhkan pemenuhan butuhan egois dan aktualisasi diri tingkat
tinggi melalui pekerjaan mereka. Proses menjadi dewasa termasuk menerima
tantangan yang semakin besar dan mengalami autonomi serta kemandirian yang
lebih besar. Mereka yang tidak mengalami kesempatan-kesempatan ini (terutama,
mereka yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara berarti melalui pekerjaan)
tak pernah mencapai kedewasaan psikologis. Karena rata-rata pekerja
menghabiskan hampir sepertiga waktunya untuk bekerja kalau pekerjaan itu tidak
memberi tantangan atau autonomi ia bisa mengalami frustasi yang hebat, dengan
akibat-akibat yang merugikan baik bagi dirinya sendiri mau pun bagi
perusahaannya.
Alasannya: pekerjaan yang penuh
tantangan tidak penting.
Argumentasi tandingannya adalah bahwa
banyak orang dengan mudah menyesuaikan diri pada pekerjaan yang membosankan.
Mereka memusatkan kehidupan jauh dari pekerjaan, mengharapkan relatif sedikit
kepuasan dari padanya, dan tidak kecewa bila pekerjaan hanya memberi mereka
sedikit tantangan atau perasaan kreatif. Tentu saja dibantah, banyak orang
tidak menginginkan autonomi dan tantangan tingkat tinggi pada pekerjaan, bahkan
bila ada sekali pun. Mungkin mereka belum dewasa, tapi ketidakdewasaan mereka
lebih banyak diakibatkan oleh lingkungan keluarga daripada pekerjaan, mereka
telah belajar bergantung semenjak masa kanak-kanak dan tidak mungkin
mengubahnya pada kehidupan lebih lanjut.
Ini memperlihatkan bahwa para karyawan
memang menyesuaikan diri dengan cukup mudah pada pekerjaan-pekerjaan yang
membosankan. Tentu saja, mungkin lebih baik bila setiap pekerjaan memberikan
paling sedikit suatu kesempatan untuk aktualisasi diri. Barangkali kepuasan
kerja akan lebih besar seandainya kita harus kembali pada keadaan pra-industri
yang ideal seperti digambarkan pada permulaan, misalnya mobil-mobil dibuat
berdasarkan kerajinan tangan bukan pada sebuah lini rakit. Akan tetapi harga
yang harus dibayar untuk itu akan mencakup pelepasan efisiensi teknologi modern
kita dan penurunan standar hidup dalam jumlah besar. Tidak banyak yang akan
bersedia melakukannya. Begitulah jalannya argumentasi.
●
Perkerjaan
dan Waktu Luang
Mungkin
permasalahannya akan nampak kurang rumit jika kita melangkah ke belakang dan
melihatnya dari sudut sejarah maupun kebudayaan. Ingat bahwa sikap kita sekarang
terhadap perkerjaan adalah berdasarkan kebudayaan. Perkerjaan tidak selamanya
penting seperti sekarang; mungkin tidak dianggap demikian pentingnya pada masa
yang akan datang. Dalam abad-abad yang lalu, terutama ketika peradaban sedang
tumbuh subur di Yunani dan Roma, perkerjaan tidak menduduki posisi yang mulia.
Mereka yang memiliki status sosial lebih tinggi tidak diharapkan berkerja,
karena perkerjaan terutama dibatasi hanya untuk para budak dan warga negara
bebas yang tidak mempunyai sumber penghasilan sendiri.
Namun,
garis antara kegiatan kerja dan non-kerja sekarang ini jauh lebih tajam
daripada dulu. Sebelum banyak orang berkerja jauh dari tempat tinggalnya, orang
tinggal dan bermain dengan teman-teman seperkerjaan, dan seluruh rangkain tata
cara serta kegiatan kegiatan lainnya cendrung menggabungkan kehidupan dan
perkerjaan, keluarga ,dan masyarakat menjadi sebuah jaringan yang utuh. Pada
masa itu, orang tidak terlalu merasa perlu “melarikan diri” dari perkerjaan
(dan mempunyai banyak kesempatan untuk itu). Sekarang, semenjak perkerjaan dan
permainan mengisi bagian yang berbeda dalam kehidupan kita, kita merasa harus
memutuskan mana yang paling penting.
Orang-orang semacam ini menemukan
banyak tantangan, kreativitas, dan
autonomi dalam menghidupi sebuah keluarga, mengembangkan hobby, atau mengambil
bagian dalam urusan-urusan masyarakat.
Telah diramalkan bahwa perkerjaan akan
menjadi semakin rutin dan makin lama makin sedikit memberi kesempatan bagi
kreativitas dan kebijaksanaan. Sebaliknya, dengan semakin singkatnya jam kerja
akan ada “dedikasi baru” pada diversifitas dan individualisme di luar
perkerjaan .... Waktu senggang akan merupakan tempat perburuaan yang
menggembirakan bagi jiwa yang mandiri.^24
Dari ramalan-ramalan semacam itu,
sementara orang menyimpulkan bahwa mungkin penggunaan yang paling baik dar
sumber-sumber daya kita adalah untuk mempercepat automatisasi,
kepuasan-kepuasan pada perkerjaan pada perkerjaan, dari mengkonsentrasikan
enerji kita untuk membuat waktu senggang menjadi lebih berarti. Pasti ada
diantara kita yang yakin bahwa tentu ada hal-hal yang lebih “relavan“dan
“berarti” untuk dilakukan dalam hidup seseorang daripada menghabiskan waktu
delapan jam sehari didalam pabrik atau kantor.
Yang lain membantah bahwa adalah tidak mungkin
mengkotak-kotakan kegiatan-kegiatan kerja dan waktu senggang dan bahwa kegiatan
waktu senggang dapat menggantikan apa yang tidak ada ada pada perkerjaan. Salah
satu kebiasaan-kebiasaan waktu senggang, dan bahwa mereka yang mempunyai
perkerjaan yang rutin cendrung untuk tidak terlibat dalam jenis-jenis rekreasi
yang rutin dan pasif.^25
- Hubungan Kepuasan Kerja
●
Hubungan
Antara Prestasi dan Kepuasan Kerja
Gambar
2
Umpan
Balik pada hubungan antara prestasi kerja dan kepuasan kerja
Menurut Strauss dan Sayles,1) kepuasan
kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh
kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan
menjadi frustasi.
Karyawan sperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat
kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan
sering melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang
harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja bisanya
mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam
kegiatan serikat karyawan, dan ( kadang – kadang) berprestasi kerja lebih baik
dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. 2) Oleh karena itu,
kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan,
terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja
perusahaan.
●
Hubungan
Kepuasan Kerja, Perputaran karyawan dan absensi
Meskipun hanya merupakan salah satu
sektor dari banyak pengaruh lainnya, kepuasan kerja mempengaruhi tingkat
perputaran karyawan dan absensi. Seperti terlihat pada gambar bahwa kepuasan
kerja yang lebih rendah biasanya akan mengakibatkan perputaran karyawan lebih
tinggi. Mereka lebih mudah meninggalkan perusahaan dan mencari kesempatan di
perusahaan lain. Hubungan serupa berlaku juga untuk absensi. Para karyawan yang
kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih sering absen. Mereka sering
tidak merancakan untuk absen, tetapi bila ada berbagai alasan untuk absen , untuk
mereka lebih mudah menggunakan alasan – alasan tersebut.
●
Hubungan
Kepuasan kerja, Umur dan Jenjang Pekerjaan
Gambar
3.3
Hubungan
Antara Kepuasan Kerja Dengan Umur dan Jenjang Pekerjaan
Semakin tua umur karyawan, mereka
cenderung lebih lebih terpuaskan dengan pekerjaan – pekerjaan meraka. Ada
sejumlah alasan yang melatarbelakangi kepuasan kerja mereka, seperti
pengharapan – pengharapan yang lebih rendah dan penyesuaian – penyesuaian lebih
baik terhadap situasi kerja karena mereka lebih berpengalaman. Para karyawan
yang lebih muda, di lain pihak cenderung kurang terpuaskan, karena berbagai
pengharapan yang lebih tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab lainnya. Tentu
saja ada pengecualian, tetapi banyak studi yang membuktikan bahwa kepuasan
kerja yang tinggi dipengaruhi oleh umur, seperti dijelaskan pada gambar 3.3
diatas.
Gambar ini menunjukan bahwa orang –
orang dengan jenjang pekerjaan lebih tinggi cenderung lebih lebih mendapatkan
kepuasan kerja. Mereka biasanya memperoleh kompensasi lebih baik, kondisi kerja
lebih nyaman, dan pekerjaan – pekerjaan mereka memungkinkan penggunaan segala
kemampuan yang mereka punyai, sehingga mereka mempunyai alasan – alasan untuk
lebih terpuaskan. Sebagai contoh dalam praktek karyawan trampil cenderung
memperoleh kepuasan kerja lebih besar dari pada karywan tidak trampil.
Sumber penulisan :
T. Hani Handoko, 2002, Manajemen
Personalia dan Sumber daya manusia.Yogyakarta:BPFE.
George Strauss dan Leonard Sayles, buku
Manajemen personalia segi manusia dalam organisasi
0 komentar:
Posting Komentar