Senin, 21 Maret 2016

TULISAN


PEREKONOMIAN INDONESIA DEWASA INI

Pada kesempatan ini saya akan membahas kondisi perekonomian Indonesia saat ini, dan banyak banyak sumber yang memberikan bagaimana Pertumbuhan Perkonomian Indonesia untuk itu saya akan mengkajikannya dan beserta sumber dari data tersebut.
Sebelum kita lihat Perkembangan dan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Tahun 2016, sebaiknya kita lihat bagaimana Perkembangan dan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Tahun 2015.

Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2015

1.       Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Maret 2015: Harapan besar
---18 Maret 2015                              
·         Reformasi subsidi bahan bakar yang tepat telah membuka jalan bagi APBN 2015 yang direvisi, anggaran pertama oleh pemerintah yang baru, untuk mengalihkan alokasi belanja ke berbagai prioritas pembangunan, terutama belanja modal, yang mendapat anggaran dua kali lipat dibanding tahun 2014.
·         Penerimaan berada dalam tekanan. Penerimaan dari minyak dan gas, menurut proyeksi Bank Dunia, akan menurun sebanyak 57 persen pada tahun 2015. Ini berarti kenaikan total penerimaan seperti pada tahun 2014 akan sulit tercapai, dan bertolak belakang dengan adanya kenaikan sasaran penerimaan sebesar 14,6 persen.
·         Belanja modal pemerintah sepertinya tidak akan meningkat sesuai yang dianggarkan, tidak hanya karena hambatan dalam eksekusi, tapi juga akibat pengurangan anggaran di beberapa bidang untuk memenuhi batas defisit fiskal sebesar 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Belanja infrastruktur yang lebih besar oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa lebih meningkatkan investasi tetap, tetapi kuantitas dan kualitas belanja ini masih belum bisa dipastkan.
·         Ekonomi Indonesia terus berada dalam tekanan akibat turunnya harga dan permintaan komoditas global, terutama dari Tiongkok, yang berkontribusi terhadap berkurangnya pertumbuhan PDB menjadi 5,0 persen pada tahun 2014. Bank Dunia memperkirakan PDB akan sedikit naik, menjadi rata-rata 5,5 persen pada 2016, karena didorong oleh naiknya pertumbuhan investasi tetap, yang dibantu naiknya belanja infrastruktur (meski masih belum mencapai sasaran). Ekpor diperkirakan akan pulih secara perlahan, dan investasi akan menaikkan impor, sehingga pada base case, net ekspor diperkirakan tidak akan menjadi pendorong utama pertumbuhan.
·         Porsi besar melambannya pertumbuhan sejak tahun 2012 adalah akibat penurunan potensi tingkat pertumbuhan menjadi 5,5 persen atau kurang, dan bukan sekadar satu kali penurunan pertumbuhan akibat turunnya harga komoditas. Laporan edisi Maret ini membahas peran sektor sumberdaya alam selama periode ledakan komoditas, dan mengkaji proyeksi ke depan yang penuh tantangan. Agar sumberdaya alam Indonesia yang sangat besar bisa lebih berperan dalam pembangunan, manajemen publik yang efektif, serta kerangka kerja kebijakan yang kuat untuk membuat regulasi, akan menjadi sangat penting.
·         Defisit neraca berjalan diperkirakan rata-rata masih sekitar 3,0 persen dari PDB, akibat beberapa faktor struktural, ekspor yang melemah, dan naiknya impor dengan menguatnya investasi. Turunnya harga minyak secara tajam sejak pertengahan 2014 telah mengurangi defisit perdagangan, tetapi turunnya netimpor minyak diperkirakan akan tergantikan oleh semakin turunnya penerimaan dari ekspor gas.
·         Harga beras melonjak pada bulan Februari, dan mengangkat masalah struktural pada pasar beras Indonesia, dimana pengelolaanya menciptakan distorsi dan terhambat oleh kurangnya data yang akurat dan tepat waktu. Consumer Price Index sudah menurun, terutama akibat turunnya harga bahan bakar minyak sejak Januari, meskipun inflasi masih tetap ada pada tingkat 5,0 persen tahun-ke-tahun.
·         Seperti mata uang negara-negara berkembang lain, Rupiah mengalami depresiasi signifikan terhadap US Dollar, tetapi sejak pertengahan 2014 telah terapresiasi dalam hal perdagangan riil. Sistem penetapan harga BBM yang baru mengurangi risiko fiskal akibat semakin menguatnya US Dollar, asalkan diterapkan secara konsisten.
·         Agenda besar reformasi pemerintah telah mencapai beberapa keberhasilan awal dan membawa harapan besar. Untuk mempertahankan upaya pengentasan kemiskinan serta pertumbuhan yang lebih cepat, saat ini diperlukan fokus pada aspek implementasi. Pemerintah tengah memberikan prioritas pada percepatan prosedur izin usaha, dan telah membuat momentum awal yang kuat. Tetapi Pemerintah masih menghadapi tantangan kompleks untuk bisa melanjutkan implementasi reformasi dalam langkah-langkah operasional.

2.       Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Juli 2015: Maju Perlahan
---

08 Juli 2015
·         Pertumbuhan diproyeksikan sebesar 4,7% untuk tahun 2015, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2% karena pertumbuhan output riil melambat menjadi 4,7% tahun-ke-tahun pada kuartal pertama 2015, laju pertumbuhan paling lambat sejak 2009.
·         Investasi tetap yang menurun serta melemahnya konsumsi masyarakat belakangan ini telah menurunkan pertumbuhan PDB Indonesia. Namun pertumbuhan Indonesia masih relatif tangguh dibanding negara-negara lain yang mengekspor komoditas ke Tiongkok, seperti Brasil dan Afrika Selatan.
·         Investasi tetap memberi kontribusi 1,4% kepada pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun pada kuartal pertama 2015 – atau setengah dari rata-rata kontribusi per tahun selama 2010-2012. Konsumsi masyarakat hanya tumbuh 4,7% tahun-ke-tahun pada kuartal pertama, dibandingkan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun lalu. Konsumsi masyarakat merupakan 55% sumber total belanja PDB dan berdampak besar pada pertumbuhan.
·         Melemahnya laju pertumbuhan telah berimbas pada lesunya pembukaan lapangan kerja, dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja yang hanya cukup untuk menyerap peningkatan populasi usia kerja saja.
·         Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk merespon. Indonesia dapat menaikkan defisit belanja namun tetap dalam batasan aturan fiskal sebesar 3% dari PDB, agar bisa meningkatkan belanja proyek-proyek infrastruktur yang menjadi prioritas. Pada sisi pendapatan, pemerintah telah memberlakukan beberapa kebijakan penting, seperti sistem pengajuan pengembalian pajak elektronik dan perbaikan strategi audit pajak penghasilan. Masih perlu tindakan tambahan untuk terus meningkatkan pendapatan yang ditargetkan naik 30% dalam APBN tetapi turun 1,3% hingga bulan Mei 2015.
·         Pertumbuhan yang terus berjalan lambat, disertai menurunnya harga minyak dunia, turut mempersempit defisit transaksi berjalan menjadi 1,8% dari PDB pada kuartal pertama. Data perdagangan bulan April dan Mei menunjukkan penurunan lebih lanjut pada sektor impor – yang biasanya tidak terjadi pada bulan-bulan menjelang Ramadan.
·         Meskipun pertumbuhan kredit melambat, aktivitas ekonomi melemah, dan harga bensin dan solar tidak berubah sejak Maret, inflasi bergerak semakin cepat dalam beberapa bulan terakhir, melebihi 7% tahun-ke-tahun pada bulan Mei dan Juni.  Kenaikan harga pangan secara luas merupakan alasan utama kenaikan harga konsumen secara signifikan.
·         Pertumbuhan investasi tetap diperkirakan akan meningkat pada semester kedua tahun ini, namun tidak setinggi yang diproyeksikan sebelumnya akibat belanja negara yang lebih rendah dari yang diharapkan dan meningkatnya investasi swasta.
·         Risiko utama terhadap prospek ke depan sebagai dampak dari harga komoditas yang tetap rendah dan penurunan lain terkait aktivitas ekonomi cenderung memburuk. Ketentuan perdagangan yang melemah terus memberikan tekanan terhadap laba perusahaan dan pendapatan rumah tangga, yang merupakan suatu risiko utama bagi prospek permintaan dalam negeri.
·         Laporan Triwulanan Ekonomi Indonesia edisi kali ini juga membahas keberlanjutan defisit transaksi berjalan serta bagaimana agar reformasi subsidi bahan bakar minyak bisa terus berjalan. Laporan ini juga membahas potensi energi panas bumi yang teramat besar dan perlunya lingkungan regulasi yang lebih kondusif bagi investasi di sektor ini. Selain itu, edisi ini membahas program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah membantu pendanaan bagi 220.000 sekolah dasar dan menengah pertama sejak mulai dijalankan 10 tahun yang lalu.

3.       Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Oktober 2015: Di Tengah Volatilitas Global
---22 Oktober 2015
·         Ketidakastian global telah membuat manajemen ekonomi makro di Indonesia semakin sulit dan risko pelambatan pada proyeksi jangka pendek semakin besar.
·         Baseline proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia untuk 2015 tetap 4,7%. Pertumbuhan diharapkan sedikit meningkat menjadi 5,3% pada 2016, yang mencerminkan kondisi eksternal yang membaik dan belanja modal negara yang lebih tinggi.
·         Proyeksi pertumbuhan Indonesia akan terpengaruh beberapa risiko, termasuk normalisasi tingkat suku bunga di Amerika Serikat, terus melambatnya mitra dagang utama termasuk Tiongkok, dan melemahnya sektor korporasi akibat depresiasi mata uang dan turunnya marjin keuntungan.
·         Pemerintah memahami perlunya meningkatkan tingkat kepercayaan dunia usaha serta iklim investasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan telah mengambil beberapa langkah penting. Pada bulan September dan Oktober, pemerintah mengumumkan serangkaian paket yang difokuskan pada mengurangi beban regulasi dan menurunkan biaya usaha.
·         Belanja modal pemerintah juga sudah naik lebih cepat pada kuartal ketiga, yang diperkirakan naik 21,4% secara riil dalam sembilan bulan pertama tahun 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Belanja pemerintah ini diharapkan akan menunjang investasi tetap dan pertumbuhan.
·         Investasi tetap masih menjadi penyebab utama pelambatan ekonomi meski konsumsi masyarakat juga tumbuh secara moderat, yang berkontribusi pada pertumbuhan PDB yang moderat di tingkat 4,7% tahun-ke-tahun pada kuartal kedua.
·         Permintaan domestik melambat dan impor yang lemah telah mengurangi defisit transaksi berjalan hingga setengahnya dibanding tahun lalu. Pada saat yang sama, neraca transaksi keuangan turun secara signifikan akibat mengetatnya kondisi keuangan untuk semua pasar negara berkembang sejak Juni.
·         Defisit transaksi berjalan sedikit bertambah menjadi 2,1% PDB pada kuartal kedua 2015, dari 1,9% di kuartal sebelumnya.
·         Kemarau akibat El Niño juga membawa risiko bagi pertumbuhan Indonesia. Kondisi El Niño yang lebih parah bisa meningkatkan harga beras sebesar 10% pada tahun ini, juga inflasi CPI setidaknya sebesar 0,3 hingga 0,6 persen. Keluarga miskin yang menggunakan sebagian besar pemasukan mereka untuk pangan akan terkena dampak dari harga-harga yang lebih tinggi.
·         Edisi laporan kali ini membahas program jaminan kesehatan nasional Indonesia serta kendala yang dihadapi agar mencapai akses universal kesehatan dan mendukung tujuan sosial dan ekonomi yang lebih luas.
·         Laporan juga mengangkat masalah perumahan yang terjangkau. Ada momentum politik yang kuat untuk menambah jumlah rumah yang terjangkau, namun belanja di sektor ini masih perlu lebih efektif dan merata.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan tiga tahun 2015 lebih baik dari triwulan sebelumnya, Badan Pusat Statistik melaporkan.
Meski begitu, pengamat berpendapat pemerintah harus tetap waspada karena pertumbuhan itu bergantung kepada faktor eksternal, terutama nilai tukar rupiah.
Hari Kamis (05/11) BPS melaporkan, ekonomi Indonesia pada triwulan tiga 2015 tumbuh 4,73% terhadap triwulan tiga 2014. Ini peningkatan dibanding 4,67 % pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (April-Juni), yang merupakan angka terendah selama enam tahun.Laju pertumbuhan melambat dibanding capaian triwulan tiga tahun 2014, yang tumbuh 4,92%.Berdasarkan pernyataan di situs resmi BPS, pertumbuhan didorong dari sisi produksi dan pengeluaran.
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha. Capaian tertinggi ialah usaha Informasi dan Komunikasi, yang tumbuh 10,83 persen.Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 6,56%, diikuti Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.

            Tadi kita bisa lihat Perekonomian Indonesia 2015, sekarang saya akan memberikan informasi yang saya dapat keaadaan Perekonomian Indonesia 2016

Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2016

1.         Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Maret 2016: Investasi Swasta Diperlukan
---15 Maret 2016

·         Belanja infrastruktur pemerintah menaikkan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,1% untuk tahun 2016. Namun, investasi sektor swasta sangat penting dalam melengkapi belanja pemerintah untuk mendukung pertumbuhan.
·         Pertumbuhan global yang lemah pada tahun 2015 telah berdampak pada Indonesia, dengan pertumbuhan hanya sebesar 4,8% tahun lalu. Pertumbuhan Indonesia pada tahun 2015 cukup baik untuk negara pengekspor komoditas, tetapi belum cukup untuk menyerap sekitar 3 juta anak muda yang baru masuk dalam pasar tenaga kerja, juga tidak cukup untuk membalik tren pengentasan kemiskinan yang melambat.
·         Untuk mempercepat pertumbuhan, Indonesia harus mengandalkan perluasan ruang fiskal dalam jangka pendek, sambil memperkenalkan reformasi untuk memfasilitasi investasi dan mengurangi biaya berusaha untuk jangka menengah.
·         Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,1% untuk tahun 2016, dan 5,3% untuk tahun 2017. Proyeksi ini lebih rendah 0,2% dari proyeksi bulan Desember, akibat kondisi eksternal yang lebih lemah dari perkiraan awal, serta kemungkinan pertumbuhan pendapatan rendah yang bisa menjadi hambatan bagi rencana pemerintah untuk meningkatkan belanja.
·         Berkurangnya subsidi bahan bakar minyak, yang setara 20% belanja pemerintah pusat pada tahun 2014, menciptakan ruang fiskal untuk melakukan investasi publik yang besar – investasi pemerintah pusat naik 42% tahun-ke-tahun pada tahun 2015 – untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
·         Namun, pendapatan akan lebih rendah dari sasaran APBN 2016, akibat harga minyak dan gas yang lebih rendah dari perkiraan. Menjaga belanja modal akan memerlukan defisit fiskal di atas 2,8% dari PDB dan memangkas pengeluaran yang bukan prioritas.
·         Perluasan fiskal saja tidak bisa menaikkan pertumbuhan menjadi di atas 5%. Hal ini akan bergantung pada perbaikan aktivitas sektor swasta, khususnya investasi.
·         Pertumbuhan konsumsi masyarakat tetap moderat pada kuartal terakhir tahun 2015, sementara pendapatan dari manufaktur dan ekspor komoditas terus turun.
·         Pulihnya ekonomi Indonesia akan bergantung pada kebijakan untuk memperbaiki iklim usaha, menarik investasi swasta yang lebih banyak, serta diversifikasi ekonomi.
·         Isu-isu lain yang dibahas edisi kali ini mencakup: reformasi sektor logistik Indonesia yang berperan penting bagi membangun daerah tertinggal serta diversifikasi ekonomi; transisi ke energi berkelanjutan yang bisa didukung penyesuaian harga, regulasi, dan kebijalan investasi; juga naiknya dukungan publik untuk membuat kebijakan agar membalik tren pengentasan kemiskinan yang melambat serta naiknya ketimpangan.

2.         Belanja Pemerintah Mendorong Pertumbuhan Indonesia
---15 Maret 2016

Bank Dunia: Diperlukan Lebih banyak Investasi Swasta Demi Perbaikan Ekonomi
Belanja pemerintah untuk infrastruktur telah mendorong pertumbuhan bergerak perlahan, diperkirakan mencapai 5,1 % untuk 2016, menurut laporan terbaru Bank Dunia.
Tapi pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan terus menurunnya harga komoditas menimbulkan risiko bagi kelangsungan investasi pemerintah. Karena itu kehadiran investasi swasta sangat diperlukan untuk perbaikan ekonomi, menurut laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ) edisi Maret 2016.
“Indonesia masih menikmati angka pertumbuhan yang rata-rata lebih tinggi dari kebanyakan negara pengekspor komoditas lain, akibat melambatnya pertumbuhan global. Tapi pertumbuhan di bawah 6 persen tidak cukup untuk menampung 3 juta anak muda Indonesia yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya,” kata Rodrigo A. Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia.  “Perbaikan yang lebih tangguh butuh investasi swasta yang kuat dan reformasi kebijakan yang komprehensif dan keberlanjutan guna memperbaiki iklim usaha.”
Investasi oleh pemerintah pusat bertambah pada tahun 2015, sebesar 42 persen tahun per tahun pada 2015. Sebaliknya, pertumbuhan investasi sektor swasta tetap di bawah harapan.
Belanja konsumen bertumbuh, namun tidak secepat beberapa tahun yang lalu, seiring dengan tingginya inflasi harga makanan memangkas belanja. Volume ekspor dan impor terus menurun, dan pendapatan ekspor berkurang 14,4 persen dari angka 2014. Pendapatan minyak dan gas berkurang 42 persen tahun-per-tahun (year-on-year), pendapatan batubara berkurang 26,5 persen dan pendapatan minyak sawit berkurang 19,3 persen.
Penurunan harga komoditas yang terus terjadi ini mengingatkan pentingnya diversifikasi ekonomi menuju sektor manufaktur dan jasa, khususnya pariwisata, yang dapat menyediakan pekerjaan dengan gaji dan ketrampilan yang lebih tinggi. Namun sektor manufaktur juga ikut terkena imbasnya, dengan ekspor menurun di angka 13,4 persen tahun per tahun, dan pembangunan infrastruktur untuk pariwisata tidak memadai.
“Indonesia punya banyak industri yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan, termasuk manufaktur,” kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia.  “Tapi sektor-sektor ini menghadapi banyak tantangan regulasi. Pemerintah tengah menjalankan berbagai reformasi dalam enam bulan terakhir ini. Namun beberapa langkah tambahan mungkin dapat meyakinkan para investor dan memperkuat upaya investasi.”
Edisi terbaru laporan triwulanan IEQ, berjudul Private Investment Is Essential, memaparkan berbagai langkah tambahan yang dapat dilakukan pemerintah selanjutnya demi memfasilitasi investasi. Contohnya, menurunkan syarat modal untuk perusahaan logistik; pengadaan sistem pemantauan untuk peraturan-peraturan perdagangan; dan koordinasi lembaga serta sosialisasi masyarakat yang lebih baik mengenai akses keuangan.
Lebih banyak investasi sektor swasta diperlukan, mengingat hambatan yang dihadapi pendapatan negara akibat penurunan pendapatan minyak dan gas yang pada tahun 2015 mencapai hanya 1,2 persen dari PDB (Pendapatan Domestik Brutto), dibandingkan dengan 3,4 persen pada PDB di tahun 2012. Tahun lalu rasio pendapatan ke PDB menurun ke angka 13,0 persen.
Untuk meningkatkan pendapatan, pemerintah telah menjalankan beberapa reformasi kebijakan pajak, memperkuat manajemen pajak dan berinvestasi pada sistem teknologi informasi dan manajemen data. Tapi dampak dari perubahan kebijakan ini tak akan terjadi cepat.
IEQ edisi bulan Maret 2015 ini juga memuat analisa mendalam mengenai biaya logistik yang tinggi di Indonesia dan upaya yang dapat dilakukan guna menurunkannya. Laporan tersebut juga memaparkan dampak positif seandainya kebijakan harga energi terbarukan memberi insentif guna efisiensi, produksi dan pemanfaatan energi terbarukan.
Terakhir, laporan IEQ ini membahas persepsi masyarakat tentang meningkatnya ketimpangan di Indonesia. Koefisien Gini di Indonesia ini berada di angka 41, naik tajam dari angka 30 pada tahun 2000.                                             .


Tahun 2016, Titik Balik Pemulihan Ekonomi
Tahun 2016 diharapkan menjadi tahun titik balik pemulihan ekonomi nasional. Hal-hal yang bersifat mendasar telah disiapkan sepanjang tahun 2015.
Menurut Presiden Joko Widodo, Indonesia menyongsong tantangan dan peluang di 2016. Pengalaman berharga sepanjang 2015 menjadi modal berharga untuk menghadapi tantangan baru di tahun depan.
"Tahun ini pemerintah telah membangun fondasi yang kuat dalam politik anggaran. Pemerintah juga telah mengalihkan subsidi bahan bakar minyak untuk program yang bermanfaat bagi rakyat. Yang tidak kalah penting, pemerintah telah mengubah haluan pembangunan menjadi Indonesia sentris, bukan Jawa sentris, yaitu memulai pembangunan dari daerah terdepan dan tertinggal," kata Presiden Joko Widodo saat memimpin sidang kabinet paripurna, Rabu (23/12/2015), di Kantor Presiden di Jakarta.
Tahun 2015, kata Presiden, Indonesia menghadapi dampak pelambatan ekonomi dunia, harga komoditas yang turun, kebakaran hutan dan lahan gambut, serta nilai tukar rupiah yang merosot.
Namun, tantangan dapat dilewati dengan baik. Pemerintah mampu meraih pencapaian penting, antara lain percepatan pembangunan jalan tol dan pembangunan jalur kereta api bandara.
Secara terpisah, ekonom senior Kenta Institute, Eric Alexander Sugandi, menyebutkan, tahun 2015 menjadi tahun konsolidasi bagi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sejumlah terobosan sudah dilakukan kendati tidak berlangsung optimal akibat pelambatan pertumbuhan ekonomi.
"Setahun ini arahnya sudah benar, yakni deregulasi. Reformasi fiskal dan anggaran juga dilakukan, antara lain mengubah alokasi subsidi bahan bakar minyak. Hal ini berdampak besar terhadap anggaran," kata Eric di Jakarta, Jumat.
Presiden menyebutkan, dirinya telah memerintahkan agar anggaran yang didelegasikan ke kementerian dan lembaga negara segera direalisasikan pada awal 2016 untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
"Sekali lagi saya minta para menteri, terutama yang mendapatkan alokasi dana besar dari APBN, harus mempercepat penyerapan anggaran di awal 2016 untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi 2016 berada pada kondisi yang sesuai dengan yang kita rencanakan, sekitar 5,3 persen," kata Presiden.

Fokus
Ke depan, pemerintah tetap fokus pada indikator penting berupa pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi, penanggulangan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, serta mengatasi pengangguran dan menekan kesenjangan ekonomi.
Seusai sidang kabinet paripurna terakhir di 2015 itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyampaikan, Presiden tetap akan melanjutkan paket deregulasi. Hingga kini, sudah ada delapan paket kebijakan ekonomi pemerintah. Kementerian Bidang Perekonomian diminta menyiapkan paket deregulasi sepanjang 2016.                                 .

"Prinsipnya, pemerintah menyiapkan paket deregulasi yang baik sehingga membuat pemodal nyaman berinvestasi dalam jangka panjang," kata Pramono.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, salah satu fokus perhatian pemerintah adalah menyederhanakan 42.000 aturan yang menghambat iklim investasi. Regulasi itu tidak hanya terkait pemerintah pusat, tetapi juga penyederhanaan aturan di tingkat daerah.
Menurut Eric, pemerintah bisa menggenjot pembangunan infrastruktur pada 2016. Hal ini didukung dengan strategi jangka panjang yang konsisten, berupa transformasi struktural.
Namun, Eric juga mengingatkan agar pelaksanaan APBN 2016 harus lebih realistis. APBN Perubahan yang akan dibahas pada awal tahun depan harus mencerminkan kondisi riil, misalnya terkait penerimaan negara.                              .

"Fundamental ekonomi Indonesia tidak terlalu jelek. Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen bisa dicapai pada 2016," katanya.
Dalam asumsi makro APBN 2016, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3 persen dengan inflasi 4,7 persen. Adapun nilai tukar rupiah Rp 13.900 per dollar AS. (NDY/IDR)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Desember 2015, di halaman 1 dengan judul "Tahun 2016, Titik Balik Pemulihan Ekonomi".


SUMBER DATA :